Wednesday, November 12, 2008

Krisis Global, Pengembang "Wait And See"

Pelaku pasar properti mengambil sikap wait and see untuk melakukan investasi menyusul adanya krisis keuangan global. Pasalnya, krisis global memicu melemahnya kondisi perekonomian dalam negeri. Krisis keuangan global mengakibatkan perlambatan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pada 2008.

Diperkirakan, pada 2009 perlambatan PDB, terutama komponen ekspor, impor, dan investasi, masih akan berlanjut. "Hal ini akan mengakibatkan terjadinya penundaan investasi luar ataupun lokal di sektor properti," kata Associate Director Procon Utami Prastiana saat jumpa pers di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (4/11).

Krisis keuangan global juga mendorong pemerintah dan Bank Indonesia (BI) melakukan kebijakan moneter ketat, seperti kenaikan suku bunga perbankan dan pengetatan likuiditas oleh bank-bank dengan peninjauan kembali terhadap kredit investasi baru ataupun yang sudah berjalan.

Akibatnya, memengaruhi kelanjutan proyek properti dengan pengembang yang memiliki ketergantungan tinggi terhadap pinjaman perbankan. Proyek properti yang saat ini masih berada dalam tahap awal perencanaan atau konstruksi juga berpotensi untuk tertunda karena terhambatnya aliran dana dari bank.

Dari sisi permintaan, tingginya suku bunga pinjaman dan peninjauan kembali terhadap pinjaman KPR yang baru ataupun yang sedang berjalan akan berdampak pada penurunan daya beli masyarakat menengah ke bawah yang bergantung pada pinjaman perbankan. "Penurunan daya beli ini memengaruhi tingkat permintaan secara keseluruhan dan berimplikasi pula terhadap arus dana proyek properti pengembang," ujar Utami.

Pada kondisi seperti ini, baik pengembang maupun pembeli akan lebih rasional dan selektif terkait dengan investasi mereka. Calon pembeli akan semakin mempertimbangkan reputasi pengembang, sumber pendanaan yang aman, dan pentahapan konstruksi dalam mengambil keputusan untuk investasi.

Selain itu, depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, terutama dollar akan berpengaruh terhadap peningkatan biaya konstruksi dan akan memengaruhi tingkat pasokan pembangunan sektor properti. Penguatan dollar akan meningkatkan biaya sewa sektor properti yang menerapkan harga sewa dalam dollar AS.

Penurunan tingkat konsumsi masyarakat diperkirakan masih akan berlanjut sampai tahun depan. Hal itu dipicu oleh berlanjutnya dampak dari tingginya tingkat inflasi, tingginya BI Rate hingga level 9,50 persen, dan penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi yang akan menghambat pertumbuhan ketenagakerjaan.

"Konsumsi masyarakat, terutama sektor ritel, akan turun. Sektor perumahan, terutama penjualan unit perumahan dan kondominium kelas menengah ke bawah, juga akan terasa," kata Utami.

Diharapkan kinerja sektor properti akan meningkat kembali pada 2011-2013. "Banyak yang memprediksi pertumbuhan PDB Indonesia akan meningkat kembali pada 2011," tuturnya.
ANI : Kompas Selasa, 4 November 2008