Tuesday, October 28, 2008

Tingkat Hunian Pusat Perbelanjaan Akan Turun

DALAM jangka pendek, tingkat hunian pusat perbelanjaan di Jakarta diperkirakan akan turun menunggu hunian fisik pusat-pusat perbelanjaan skala besar yang akan masuk ke pasar selama dua tahun mendatang.

Beberapa pusat perbelanjaan yang dijadwalkan akan selesai tahun ini mengalami penundaan karena tertundanya jadwal konstruksi dan diperkirakan baru akan selesai tahun 2009.

Penundaan dan pembatalan beberapa proyek kemungkinan terjadi karena krisis keuangan di Amerika Serikat, yang mulai memengaruhi negara-negara lainnya, termasuk Indonesia. Sementara harga sewa diperkirakan akan tetap stabil, sedangkan penyesuaian service charge tidak dapat dihindari karena kenaikan biaya operasional.

Demikian hasil riset PT Property Advisory Indonesia (Provis) yang dipublikasikan Rabu (22/10) di Jakarta. Aktivitas sewa pusat perbelanjaan di Jakarta pada kuartal III-2008 sangat aktif. Banyak penyewa membuka toko-toko baru untuk memanfaatkan momen bulan Ramadhan sebelum perayaan Idul Fitri yang jatuh awal Oktober 2008.

Penyewa-penyewa utama membuka toko-toko baru mereka, terutama di pusat-pusat perbelanjaan yang baru dibuka, seperti Bali Deli, Celebrity Fitness VIP, dan Platinum 21 di fX, dan Blitz Megaplex, Centro, Fun World, dan Playmall di Mall of Indonesia.

Penyewa besar

Beberapa penyewa besar yang memulai operasi mereka selama periode pengamatan oleh konsultan properti Provis, antara lain, adalah Gramedia di Grand Indonesia dan Mal Golden Truly Gunung Sahari, Best Denki di Grand Indonesia, Fun World di Plaza Atrium, Amazone di Pondok Gede Plaza, dan Rumah Kita di Mall Kelapa Gading (MKG) 2.

Dominasi penyewa makanan dan minuman (F&B) semakin banyak dan semarak. Penyewa makanan dan minuman menjadi penyewa utama di beberapa pusat perbelanjaan gaya hidup yang baru dibuka atau direnovasi, seperti di fX, La Codefin, fasilitas ritel pelengkap di Hotel F1 Cikini, Pluit Junction, dan Setiabudi One.

Beberapa penyewa makanan dan minuman besar yang membuka toko-toko tambahan di antaranya Y&Y, Takigawa, Jun Njan, dan Sushi Groove di Grand Indonesia, Han Gang di Grand Indonesia dan Plaza Senayan, dan Ce Wei, Duck King, dan Sushi Tei di MKG 5.

Konsep food court baru (Eat and Eat) juga dibuka di MKG 5. Penyewa merek-merek kelas atas juga menempati toko baru, seperti Louis Vuitton (toko terbesar di Jakarta), Tiffany and Co, Brioni, dan DKNY Jeans di Pacific Place. Toko-toko lainnya yang buka selama kuartal III-2008 adalah Zara di Plaza Senayan, Manggo VIP dan Tummy di Grand Indonesia, ELC dan Apple Premium di Pondok Indah Mall, dan Pull and Bear di MKG 3.

Pada akhir September 2008, tingkat hunian rata-rata pada pasar pusat perbelanjaan di Jakarta sedikit menurun (0,3 persen) dibandingkan dengan kuartal lalu, dan tercatat sebesar 77,8 persen, menyisakan ruang ritel kosong di Jakarta sekitar 661.100 meter persegi.

Berdasarkan subsektor, tingkat hunian pada pusat perbelanjaan sewa turun sebesar 1,5 persen menjadi 84,6 persen pada akhir kuartal III, terutama karena tingkat hunian yang masih rendah pada pusat-pusat perbelanjaan yang baru dibuka. Sementara itu, tingkat hunian pusat perbelanjaan strata-title naik sebesar 1,1 persen menjadi 66 persen pada akhir September 2008.

Sepanjang kuartal III-2008, tingkat penyerapan ruang ritel di Jakarta tercatat sebesar 73.900 meter persegi. Ini mencerminkan tingkat penyerapan yang tertinggi dalam satu kuartal selama dua tahun terakhir. Sebagian besar penyerapan itu merupakan kontribusi dari para penyewa jangkar yang menempati ruang ritel di pusat-pusat perbelanjaan baru di Jakarta.

Empat pusat perbelanjaan yang baru selesai dibangun sepanjang kuartal III-2008 adalah fX di Jalan Sudirman yang termasuk dalam Kawasan Pusat Bisnis Jakarta (CBD) dan La Codefin di Jakarta Selatan. Keduanya merupakan pusat perbelanjaan gaya hidup makanan dan minuman dan hiburan, serta Mall of Indonesia, sebuah pusat perbelanjaan one-stop di Jakarta Utara, dan fasilitas ritel pelengkap di Hotel Formula 1 Cikini di Jakarta Pusat.

Pusat-pusat perbelanjaan ini menambah sekitar 122.300 meter persegi ruang ritel baru di Jakarta. Pada akhir September 2008, total pasokan kumulatif ruang ritel di Jakarta tercatat sebesar 2.980.400 meter persegi, yang terdiri dari 1.898.300 meter persegi (63,7 persen) pusat perbelanjaan sewa dan 1.082.100 meter persegi (36,3 persen) pusat perbelanjaan strata-title.

Jakarta CBD tetap memegang pangsa terbesar, yaitu 709.000 meter persegi (23,8 persen), diikuti oleh Jakarta Utara sebesar 608.200 meter persegi (20,4 persen), Jakarta Selatan 495.300 meter persegi (16,6 persen), dan Jakarta Barat 438.400 meter persegi (14,7 persen). Sementara Jakarta Pusat dan Timur masing-masing memberi kontribusi sebesar 396.000 meter persegi (13,3 persen) dan 333.400 meter persegi (11,2 persen).

Sampai akhir tahun ini, akan terdapat sekitar 196.500 meter persegi ruang ritel baru yang akan masuk ke pasar pusat perbelanjaan di Jakarta. Sebanyak 70,4 persen dari pasokan mendatang tersebut atau 138.300 meter persegi akan datang dari pusat perbelanjaan sewa, sedangkan hanya 29,6 persen atau 58,200 meter persegi merupakan ruang ritel strata-title.

Apabila seluruh pasokan mendatang ini diselesaikan tepat pada waktunya, total pasokan ruang ritel di Jakarta akan mencapai 3.176.900 meter persegi pada akhir tahun ini.

Harga sewa di pusat perbelanjaan rata-rata dalam mata uang rupiah naik 5,4 persen, sedangkan dalam dollar AS naik sebesar 2,7 persen. Pada September 2008, harga sewa dasar rata-rata ruang ritel di Jakarta adalah Rp 665.700 per meter persegi per bulan untuk toko-toko speciality di lokasi-lokasi premium di lantai dasar.

Sementara service charge-nya berkisar 9-14,5 dollar AS per meter persegi per bulan. Nilai tukar yang diterapkan adalah Rp 7.000 hingga Rp 9.000 per dollar AS. Walaupun para pemilik pusat perbelanjaan masih tetap berhati-hati, kenaikan biaya operasional yang mengikuti kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada kuartal lalu diperkirakan akan mendorong pemilik pusat perbelanjaan untuk melakukan penyesuaian service charge. Namun, kenaikan itu baru akan dilakukan tahun 2009. (Tjahja Gunawan Diredja)

Sumber Harian Kompas: Kamis, 23 Oktober 2008